Minggu, 24 Oktober 2010

Mazhab Frankfurt Dan Tori Kritis

Jürgen Habermas (lahir di Düsseldorf, Jerman, 18 Juni 1929; umur 81 tahun) ialah seorang filsuf dan sosiolog yang berada di dalam tradisi Critical Theory dan pragmatisme Amerika. Dia paling dikenal dengan sebuah konsep ruang publik yang didasarkan pada teori dan praktek 'aksi komunikatif'. Karya-karyanya, yang seringkali diberi label Neo-Marxisme, terfokus pada dasar-dasar pembentukan teori sosial dan epistemologi, analisa kapitalisme di masyarakat industrial dan demokratis; kepastian hukum di dalam konteks evolusi sosiobudaya; dan politik kontemporer, terutama yang terjadi di Jerman. Dia mengembangkan sistem teori yang diabdikan untuk menunjukkan kemungkinan penalaran, emansipasi dan komunikasi logis-kritis yang terdapat di dalam institusi liberal modern.

Sosok pemikiran Jurgen Habermas
Jurgen Habermas adalah tokoh terkemuka dewasa ini, sebuah aliran filsafat yang sejak 60 tahun sema­kin berpengaruh dalam dunia filsafat maupun ilmu-ilmu sosial, yaitu filsafat kritis. Filsafat kritis berdiri dalam tradisi besar pemikirannya yang mengambil inspi­rasinya dalam karya intelektual Karl Marx. Ciri khas filsafat kritis adalah ia selalu,berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata, Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi. Pemikiran kritis merasa diri bertanggungjawab terhadap keadaan sosial yang nyata. Dengan demikian berpikir kritis berarti bahwa di suatu pihak perdebatan tetap berlangsung ditingkat filosofis-teoritis, jadi filsafat kritis tidak mau menjadi ideologi perjuangan. Tetapi di lain pihak filsafat kritis berdasarkan anggapan-anggapan yang mana masuk sampai ke dalam inti metodologinya bahwa justru sebagai kegiatan teoritis yang tetap tinggal dalam medium pikiran.[3] Jurgen Haberman sesudah menjadi profesor di Frankfurt sebagai pengganti Adorno, mengalami begitu banyak gangguan dan demontrasi dari pihak mahasiswa sehingga ia pada tahun 1971, hanya enam tahun kemudi­an berhenti sebagai profesor dan menjadi peneliti pa­da institute Max Plank di Stranberg (sejak tahun 1983 dalam alam akademis yang lain sama sekali, dimana zaman “Kiri Baru” sudah terlupa ia kembali sebagai profesor di Universitas Frankfurt).


Teori Epistemologi kaitannya Karl Marx

Filsafat ilmu pengetahuan social melibatkan dirinya dalam dua isu: pertama; hakekat dunia, apa hakekat dari hal yang ada (di dunia), ini dan adakah perbedaan dari keberadaannya. Kedua; filsafat ilmu tertuju pada hakekat suatu penjelasan, mengenai cara mengetahui pengetahuan sebagai pengetahuan Marx me­ngatakan semua ilmu pengetahuan akan menjadi berlebihan. kalau penampilan luar dan esensinya, persis sama. Tidak satupun penampilan luar dari meja saya yang memberitahukan kepada saya, bahwa ia terbuat dari jutaan, molekul yang bergabung satu sama lain. Menurut Marx terdapat dua pengertian yang jelas di mana suatu pro­ses sebab akibat berlangsung dalam masyarakat.Pertama, seperangkat hubungan-hubungan sosial yang pokok, struktur sosial, bisa di lihat sebagai pe­nyebab hubungan-hubungan sosial tertentu di permukaan misalnya seorang Marxis, bisa berdalih bahwa argumen‑argumen politik yang di laporkan dalam berita - berita setiap hari di sebabkan oleh hubun.gan-hubungan ekonomi yang penting, kendati argumen-argumen itu tidak me­nyangkut ekonomi. Kedua, suatu struktur pokok yang se­demikian rupa, sehingga ia memiliki hukum-hukum tertentu atau kecenderungan-kecenderungan perkembangan tertentu; misalnya mungkin ada mekanisme tertentu didalam hubungan-hubungan pokok masyarakat kapitalis yang mem­bawa akibat krisis-krisis ekonomi yang berkelanjutan atau menyebabkan meningkatnya campur tangan negara da­lam kegiatan ekonomi. [4]Pengetahuan menurut Marx yaitu pekerjaan dan akal budi dengan manusia alami. Dengan demikian bagi Marx pun tak ada artinya melawankan subyek dan objek. Manusia dan dunia, dua-duanya hanya mungkin dalam saling pengantaran. Manusia tidak mungkin tanpa alam dari padanya ia hidup dan yang dikerjakannya. Tetapi alam­pun sebagai mana manusia menghadapinya hanyalah alam, melaiui manusia. Ia adalah alam yang diberi bentuk oleh manusia. Baru pekerjaan manusia membuat alam seada sekarang, sebagaimana ia menjadi obyek manusia. “Dengan demikian alam pada dirinya sendiri adalah sesuatu yang abstrak, yang harus kita pikirkan, akan tetapi kita bertemu alam selalu hanya dalam cakrawala proses sejarah universal pembentukan umat, manusia”.Oleh karena itu Marx menyatakan “bahwa kesatuan termashur manusia dengan alam dalam industri sejak du­lu selalu sudah terdapat dan dalam setiap tahap atau sejarah terdapat secara berlainan, tergantung dari tingkat perkembangan industri yang kurang atau lebih be­sar, seperti juga pergulatan manusia dengan alam, sampai keperkembangan alat-alat produktifnya di dasar yang sesuai”. Pertanyaan tentang bagaimana dunia da­pat dimengerti (,masalah epistemologis) di pecahkan, dengan manusia membuat dunia itu.

Analisa Habermas tentang Kapitalis Modern
Habermas tentang kapitalisme modern kurang me­naruh perhatian yang besar terhadap yang telah dike­mukakan oleh para madzhab Frankfurt yang lebih awal. Hal itu dilihat pertama-tama sebagai suatu tahap da­lam perkembangan yang bersifat evolusioner – suatu tingkat yang mungkin berlangsung salah dan membawa benca­na, tetapi bagi Habermas bagaimanapun hal itu lebih merupakan suatu sistem sosial daripada suatu yang jahat. Seperti para pemikir yang lebih dahulu, dia menekankan dominasi teknologi dan nalar instrumental dan kits juga bisa lihat suatu pengalihan pandang4n kebelangan yang lebih nostaigik-pads periode kapital­isme awal.[6]Habermas melihat kapitalisme modern seperti yang dikarakterkan oleh dominasi negara atas ekonomi dan bidang-bidang lain dari kehidupan sosial. Bagi Habermas intervensi negara dan akibat pertumbuhan dari nalar instrumental telah menjangkau suatu titik berbahaya yang disebutnya sebagai suatu “utopia negatif” adalah mungkin. Rasionalitas progesif dan putusan-pu­tusan publik lebih menjangkau titik dimana organisasi sosial dan perbuatan putusan mungkin bisa di delegasikan kepada para penghitung mengeluarkannya dari arena perdebatan publik secara bersama-sama.Analisa mengenai kapitalisme awal serupa dengan analisanya Marx dengan krisis ekonomi sebagai hal yang paling penting. Bagaimanapun juga kapitalisme bisa di­lihat sebagai suatu kombinasi dari tebak-berapa-banyak subsistem-subsistem: ekonomi, politik dan sosial buda­ya dan tempat krisis yang berpindah dari satu ke yang lainnya, ketika sistem berkembang krisis ekonomi dan konflik yang di hasilkan antara pekerjaan dan model di lihat semata-mata sebagai krisis sistem. Pertumbuhan integrasi dan kekuasaan dari negara merupakan suatu respons dan suatu usaha yang berhasil, walaupun Habermas tidak menyatakan bahwa krisis-krisis ekonomi telah, menghilang; memang untuk sementara akan sulit untuk bersikap keras terhadap pernyataan separti ini.

Jurgen Habermas untuk menuju teori praktis
Teori kritis menurut Habermas di sebut dengan “teori dengan maksud praktis” berarti tindakan yang membebaskan model teori kritis dengan maksud praktis ditemukan Habermas. Dalam masalah teori-teori Habermas mempunyai beberapa kepentingan; kepentingan peng­etahuan dan kepentingan praktis ide itu bukanlah tidak serupa dengan mengatakan bahwa seorang mahasiswa mengembangkan suatu “kepentingan” dengan maksud untuk mem­peroleh suatu tingkat dari tujuannya. Kepentingan yang dibicarakan Habermas ini, bagaimanapun juga dimiliki oleh kita semua dalam keanggotaan masyarakat manusia. Argumentasinya berakar di dalam karya Marx, dan kita temukan kritikan utamanya tentang teori Marx.Kepentingan selanjutnya yaitu kepentingan prak­tis, yang pada gilirannya memunculkan ilmu pengetahuan Hermeneutik yang dengan caranya menginterpretasikan tindakan satu sama lain. Baik secara individu, sosial masyarakat maupun secara organisatoris secara kritis menurut Habermas.[8] Kepentingan praktis, kata Habermas memunculkan suatu kepentingan ketiga, “kepentingan emansipatoris“. Dia membangkitkan pengetahuan teoritis, untuk itu Ha­bermas mengambil psikoanalisa sebagai model untuk mengkaitkan antara kemampuan berfikir dan bertindak dengan kesa­daran sendiri. Maka, teori bagi Habermas merupakan suatu produk dan memenuhi maksud dari tindakan manusia. Se­cara esensial itu adalah alat untuk kebebasan manusia yang besar.


Pendekatan Historis menurut Habermas

Paradigma Teori Kritis masyarakat Ilklasik” di­tentukan oleh dua faham fundamental: gaya pemikiran his­toris dan gaya pemikiran materialis. Dengan pola berpikir historis dimaksud bahwa realitas sosial yang ada sekarang hanya dapat di pahami betul kalau dilihat sebagai hasil sebuah sejarah. Ilmu-ilmu positif menyelubungi secara idiologis fakta yang paling fundamental bahwa sejarah itu di buat oleh manusia sendiri (dalam bahasa Marx: manusia sebagai Gattungswesen atau makhluk jenis membuat sejarahnya sendiri), bahwa sejarah itu merupakan sejarah penindasan, bahwa penindasan itu justru ditutup-tutupi sehingga realitas sekarang tampak sebagai objektifitas yang wajar. Teori kritis bertugas membuka selubung idiologis itu, jadi membuka penghisapan dan penindasan itu sebagai karya manusia dan dengan demikian membuka kemungkinan pembebasan.Maka Habermas bicara tentang “teori kritis sejarah dengan maksud praktis”. Dengan meminjam pola pendekatan psikoanalisa Sigmund Freud, ia mengharapkan agar ingatan kembali terhadap sejarah penderitaan dan penindasan (yang di tutup oleh “teori positif”) melepaskan kekuatan-kekuatan emansipatoris: menyadari diri sebagai kurban penindasan terselubung memberikan tekad untuk membebaskan diri dari sebuah situasi yang sekarang ti­dak lagi dipandang “objektif perlull, melainkan sebagai hasil proses sejarah.


Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal, yakni :1. Bahwa Jurgen Habermas adalah filosof dari Jerman yang menggunakan sifat kritis terhadap berbagai macam per­soalan termasuk teori tradisional. Tentu hal itu ti­dak sendirian, melainkan bersama temannya Adorno dan Horkheimer. Mereka semua itu berasal dari madzhab Frankfurt, namun dengan itu dia termasuk taruhannya, dan selalu dikritik orang-orang sekitarnya.2. Habermas mempunyai kesadaran mengkritisi segala tin­dakan yang merugikan sosial, baik itu secara individu kelompok, masyarakat, ataupun organisasi.3. Habermas menggunakan dua pendekatan dalam mengkritisi sesuatu; gaya pemikiran historis dan pemikiran materialis. Dengan demikian ia tidak selalu menggunakan ga­ya filsafat kritis. Karena dia melihat adanya perubahan dalam sosial. Namun perubahan tersebut tetap dalam kerangka sosial yang nyata.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar